Teori Kinetik Gas, Persamaan Gas Ideal, Prinsip Ekuipartisi Energi, Hukum-Hukum Gas, Rumus, Pola Soal, Kunci Jawaban
Teori Kinetik Gas, Persamaan Gas Ideal, Prinsip Ekuipartisi Energi, Hukum-hukum Gas, Rumus, Contoh Soal, Kunci Jawaban - Seseorang yang ingin menerbangkan sebuah balon udara-panas akan memanaskan udara di dalam balon tersebut semoga balon sanggup terbang ke angkasa. Pemanasan tersebut menimbulkan temperatur udara di dalam balon meningkat dan memaksa sebagian udara keluar dari penggalan bawah balon yang terbuka. Tahukah Anda mengapa balon udara-panas tersebut hanya sanggup terbang ketika udara di dalamnya dipanaskan? Penggunaan balon udara-panas merupakan salah satu pola aplikasi dari sifat gas ketika energi kinetiknya meningkat dan kerapatan rata-ratanya sama dengan udara di sekeliling balon sehingga balon sanggup melayang di langit. Apa sajakah sifat-sifat gas tersebut? Bagaimanakah aplikasi sifat tersebut dalam teknologi? Anda sanggup mengetahui balasan pertanyaan tersebut pada pembahasan Bab ini mengenai teori kinetik gas.
Gambar 1. Balon udara panas. [1] |
Pada penggalan ini, Anda akan diajak untuk sanggup menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor dengan cara mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik.
1. Gas Ideal
Anda tentu telah mengetahui bahwa setiap zat, baik itu zat padat, cair, maupun gas, terdiri atas materi-materi penyusun yang disebut atom. Sebagai partikel penyusun setiap jenis zat yang ada di Bumi dan di seluruh alam semesta, atom-atom berukuran sangat kecil dan tidak sanggup dilihat, walaupun memakai alat yang paling canggih. Oleh alasannya itu, gaya yang ditimbulkan oleh interaksi antar partikel dan energi setiap partikel hanya sanggup diamati sebagai sifat materi yang dibuat oleh sejumlah partikel tersebut secara keseluruhan. Analogi pernyataan ini dijelaskan sebagai berikut. Misalkan, Anda mempunyai sejumlah gas oksigen yang berada di dalam tabung tertutup. Jika Anda ingin mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada setiap atom oksigen, Anda hanya sanggup mengamati sikap seluruh gas oksigen yang ada di dalam tabung dan menganggap bahwa hasil pengamatan Anda sebagai penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja pada setiap atom gas oksigen.
Sifat mekanika gas yang tersusun atas sejumlah besar atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya dijelaskan dalam teori kinetik gas. Dalam menjelaskan sikap gas dalam keadaan tertentu, teori kinetik gas memakai beberapa pendekatan dan perkiraan mengenai sifat-sifat gas yang disebut gas ideal.
Sifat-sifat gas ideal dinyatakan sebagai berikut.
- Jumlah partikel gas sangat banyak, tetapi tidak ada gaya tarik menarik (interaksi) antarpartikel.
- Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang atau acak.
- Ukuran partikel gas sanggup diabaikan terhadap ukuran ruangan daerah gas berada.
- Setiap tumbukan yang terjadi antarpartikel gas dan antara partikel gas dan dinding bersifat lenting sempurna.
- Partikel gas terdistribusi merata di dalam ruangan.
- Berlaku Hukum Newton ihwal gerak.
Pada kenyataannya, tidak ditemukan gas yang memenuhi kriteria gas ideal. Akan tetapi, sifat itu sanggup didekati oleh gas pada temperatur tinggi dan tekanan rendah.
2. Hukum-Hukum ihwal Gas
Teori kinetik gas membahas kekerabatan antara besaran-besaran yang memilih keadaan suatu gas. Jika gas yang diamati berada di dalam ruangan tertutup, besaran-besaran yang memilih keadaan gas tersebut ialah volume (V), tekanan (p), dan suhu gas (T). Menurut proses atau perlakuan yang diberikan pada gas, terdapat tiga jenis proses, yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik. Pembahasan mengenai setiap proses gas tersebut sanggup Anda pelajari dalam uraian berikut.
a. Hukum Boyle
Perhatikanlah Gambar 1. berikut.
Gambar 1. (a) Gas di dalam tabung mempunyai volume V1 dan tekanan P1. (b) Volume gas di dalam tabung diperbesar menjadi V2 sehingga tekanannya P2 menjadi lebih kecil. |
Suatu gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang sanggup diturunkan atau dinaikkan, sedang diukur tekanannya. Dari gambar tersebut sanggup Anda lihat bahwa ketika tuas tutup tabung ditekan, volume gas akan mengecil dan menimbulkan tekanan gas yang terukur oleh alat pengukur menjadi membesar. Hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) suatu gas yang berada di ruang tertutup ini diteliti oleh Robert Boyle.
Saat melaksanakan percobaan ihwal kekerabatan antara tekanan dan volume gas dalam suatu ruang tertutup, Robert Boyle menjaga semoga tidak terjadi perubahan temperatur pada gas (isotermal). Dari data hasil pengamatannya, Boyle mendapat bahwa hasil kali antara tekanan (p) dan volume (V) gas pada suhu tetap ialah konstan. Hasil pengamatan Boyle tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle yang secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
pV = konstan (1–1)
atau
p1V1 = p2V2 (1–2)
Dalam bentuk grafik, kekerabatan antara tekanan (p) dan volume (V) sanggup dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik p-V suatu gas pada dua suhu yang berbeda, di mana T1>T2. |
b. Hukum Gay-Lussac
Gay-Lussac, seorang ilmuwan asal Prancis, meneliti kekerabatan antara volume gas (V) dan temperatur (T) gas pada tekanan tetap (isobarik). Perhatikanlah Gambar 3.
Gambar 3. Pada tekanan 1 atm, (a) gas bervolume 4 m3 mempunyai temperatur 300 K, sedangkan (b) gas bervolume 3 m3 mempunyai temperatur 225 K. |
Misalnya, Anda memasukkan gas ideal ke dalam tabung yang mempunyai tutup piston di atasnya. Pada keadaan awal, gas tersebut mempunyai volume 4 m3 dan temperatur 300 K.
Jika kemudian pemanas gas tersebut dimatikan dan gas didinginkan hingga mencapai temperatur 225 K, volume gas itu menurun hingga 3 m3. Jika Anda menciptakan perbandingan antara volume terhadap suhu pada kedua keadaan gas tersebut (V/T) , Anda akan mendapat suatu nilai konstan (4/300 = 3/225 = 0,013).
Berdasarkan hasil penelitiannya mengenai kekerabatan antara volume dan temperatur gas pada tekanan tetap, Gay-Lussac menyatakan Hukum Gay-Lussac, yaitu hasil bagi antara volume (V) dengan temperatur (T) gas pada tekanan tetap ialah konstan.
Persamaan matematisnya dituliskan sebagai berikut.
Gambar 4. Grafik kekerabatan V–T. |
V/T = Konstan (1–3)
atau
V1/T1 = V2/T2 (1–4)
Tokoh Fisika :
Robert Boyle ialah seorang ilmuwan Fisika berkebangsaan Inggris. Melalui perjuangan dan kerja kerasnya, ia berhasil menemukan pompa vakum. Ia pun menemukan Hukum Boyle berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan cermat dan teliti pada gas. Hukum Boyle banyak diterapkan dalam teknologi dan telah memperlihatkan banyak manfaat dalam kehidupan manusia.
Agar Anda sanggup lebih memahami Hukum Boyle dan Hukum Gay- Lussac, lakukanlah aktivitas Percobaan Fisika Sederhana 1 :
Robert Boyle
(1627–1691)
Gambar 5. Robert Boyle. [2] |
Agar Anda sanggup lebih memahami Hukum Boyle dan Hukum Gay- Lussac, lakukanlah aktivitas Percobaan Fisika Sederhana 1 :
Percobaan Fisika Sederhana 1
Membuktikan Hukum Boyle dan Hukum Gay-Lussac
Alat dan Bahan :
- Bola tembaga dengan katup dan alat pengukur tekanan
- Alat pengisap
- Pembakar bunsen
- Gelas kimia
- Penyangga kaki tiga
- Termometer
- Beban dan jangka sorong
- Klem dan statip
Prosedur :
1. Susunlah alat-alat percobaan, ibarat terlihat pada gambar.
2. Bukalah katup, kemudian tutuplah katup pada bola tembaga pada suhu kamar. Catatlah nilai tekanan gas di dalam bola tembaga yang ditunjukkan oleh alat pengukur tekanan. Catatlah kedua nilai besaran tersebut ke dalam tabel berikut.
No | Suhu (°C) | Tekanan (mmHg) |
3. Benamkan bola tembaga ke dalam air es. Pastikan jumlah es yang terdapat di dalam gelas kimia cukup banyak sehingga dicapai suhu stabil sistem antara 0 –10° C. Pastikan juga bahwa bola tembaga tidak menyentuh dasar gelas kimia dan air es menutupi seluruh bola tembaga.
4. Masukkan termometer ke dalam gelas kimia (perhatikan semoga termometer tidak menyentuh bola tembaga dan dasar gelas kimia).
5. Setelah temperatur stabil, catatlah nilai temperatur dan tekanan tersebut ke dalam tabel.
6. Nyalakanlah pembakar bunsen. Kemudian, catatlah nilai tekanan dan temperatur untuk setiap kenaikan tekanan yang ditunjukkan oleh alat pengukur tekanan.
7. Lakukanlah langkah ke-6 hingga air di dalam gelas kimia mendidih.
8. Bagaimanakah kekerabatan antara suhu dan tekanan yang Anda peroleh dari data pengamatan?
9. Sesuaikan hasil data pengamatan Anda dengan Hukum Gay-Lussac? Jika tidak sesuai, dapatkah Anda menjelaskan penggalan apa yang menimbulkan timbulnya perbedaan tersebut? Diskusikanlah dengan teman-teman kelompok dan guru Fisika Anda.
B. Percobaan Boyle
1. Dalam percobaan Boyle ini, dipakai pompa yang mempunyai katup yang sanggup ditutup. Sejumlah gas yang telah ditentukan banyaknya, terperangkap di dalam pompa. Temperatur gas selalu sama dengan temperatur kamar, sedangkan tekanan gas diubah dengan cara menggantungkan beban yang berbeda-beda pada silinder pompa.
2. Bukalah katup di ujung pompa, kemudian aturlah pompa semoga memperlihatkan volume udara sebesar 9 cm3. Tutuplah katup pompa. Catatlah tekanan dan volume gas pada tabel berikut.
Massa (kg) | Gaya (N) | Tekanan (N/m2) | Volume (m3) | 1/ Volume (1/m3) |
0 | 0 | 0 | 9 × 10–6 | 1,11 × 105 |
0,2 | ||||
0,4 | ||||
... |
Oleh alasannya tekanan gas yang diperhitungkan dalam percobaan ini ialah tekanan netto gas, Anda sanggup menganggap tekanan udara luar pada keadaan awal gas ialah nol.
3. Tambahkan beban 200 g ke dalam pengisap. Bacalah volume gas dalam pengisap. Catatlah massa dan volume tersebut ke dalam tabel di atas.
4. Lakukanlah langkah k-3 hingga massa beban mencapai 1,6 kg.
5. Hitunglah tekanan di dalam pengisap dengan cara membagi gaya yang diberikan pada pengisap dengan luas penampang pengisap.
6. Ukurlah diameter pengisap memakai jangka sorong, kemudian hitunglah luas penampang pengisap tersebut.
7. Bagaimanakah kekerabatan antara tekanan dan volume pada percobaan tersebut?
8. Sesuaikah hasil data pengamatan Anda dengan Hukum Boyle?
c. Hukum Charles
Seorang ilmuwan Perancis lainnya, Charles, menyatakan kekerabatan antara tekanan (p) terhadap temperatur (T) suatu gas yang berada pada volume tetap (isokhorik). Hasil penelitiannya kemudian dikenal sebagai Hukum Charles yang menyatakan hasil bagi tekanan (p) dengan temperatur (T) suatu gas pada volume tetap ialah konstan.
Persamaan matematis dari Hukum Charles dinyatakan dengan :
Gambar 6. Grafik p-T suatu gas pada volume yang berbeda. |
P/T = Konstan (1–5)
atau
p1/T1 = p2/T2 (–6)
Anda sanggup melaksanakan aktivitas Percobaan Fisika Sederhana 2 berikut secara berkelompok untuk lebih memahami Hukum Charles.
Percobaan Fisika Sederhana 2
Memahami Hukum Charles
Alat dan Bahan :
- Termometer
- Air
- Gelas kimia
- Pemanas
- Manometer
- Batang pengaduk
- Susunlah alat-alat dan materi percobaan, ibarat tampak pada gambar.
- Catatlah suhu awal dan perbedaan tinggi yang ditunjukkan manometer.
- Nyalakan pemanas, kemudian catatlah perbedaan tinggi raksa dalam kolom manometer setiap kenaikan suhu 5°C.
- Agar suhu air dalam gelas kimia merata, aduklah air tersebut dengan batang pengaduk.
- Diskusikan kekerabatan antara temperatur terhadap tekanan gas. Sesuaikah data hasil pengamatan Anda dengan Hukum Charles?
d. Persamaan Keadaan Gas Ideal
Pada proses isobarik, tekanan gas tetap, sedangkan volume dan temperatur gas berubah. Demikian juga dalam proses isokhorik dan isotermal, terdapat satu variabel atau besaran gas yang berada dalam keadaan tetap, sedangkan kedua variabel gas lainnya berubah. Bagaimanakah jikalau ketiga besaran yang menyatakan keadaan gas tersebut (tekanan, volume, dan suhu) berubah?
Dari ketiga kekerabatan antara tekanan, volume, dan suhu gas yang didapatkan dari Hukum Boyle dan Hukum Gay-Lussac sanggup diturunkan suatu persamaan yang disebut persamaan keadaan gas ideal. Secara matematis, persamaan keadaan gas ideal dinyatakan dengan persamaan :
PV/T = Konstan (1–7)
atau
p1V1/T1 = p2V2/T2 (1–8)
Oleh alasannya setiap proses yang dilakukan pada gas berada dalam ruang tertutup, jumlah molekul gas yang terdapat di dalam ruang tersebut sanggup ditentukan sebagai jumlah mol gas (n) yang jumlahnya selalu tetap. Anda tentu sudah mengetahui bahwa mol ialah suatu besaran yang dipakai untuk menyatakan massa suatu zat dalam gram yang besarnya sama dengan jumlah molekul zat tersebut. Dengan demikian, persamaan keadaan gas ideal sanggup dituliskan menjadi :
pV/T = nR (1–9)
atau
pV = nRT (1–10)
dengan :
n = jumlah mol gas,
R = tetapan umum gas = 8,31 × 103 J/kmolK (SI) = 8,31 J/molK,
p = tekanan (N/m2),
V = volume (m3), dan
T = temperatur (K).
Dari definisi mol zat yang menyatakan bahwa :
jumlah mol = massa / massa relatif molekul
atau
n = m / Mr
Persamaan (1–10) sanggup dituliskan menjadi :
pV = (m/Mr) RT (1–11)
Anda telah mempelajari bahwa massa jenis suatu zat ialah perbandingan antara massa dengan volume zat tersebut. Oleh alasannya itu, dari Persamaan (1–11) sanggup diperoleh persamaan massa jenis gas :
ρ = m/V = p Mr/RT (1–12)
Menurut prinsip Avogadro, satu mol gas mengandung jumlah molekul gas yang sama. Jumlah molekul gas ini dinyatakan dengan bilangan Avogadro (NA) yang besarnya sama dengan 6,02 × 1023 molekul/mol. Dengan demikian, Persamaan (1–12) sanggup dinyatakan menjadi :
pV = (N/NA) RT
atau
pV = N(R/NA) T (1–13)
dengan:
N = Banyak partikel gas, dan
NA = Bilangan avogadro = 6,02 × 1023 molekul/mol
Oleh alasannya nilai pada Persamaan (1–13) merupakan suatu nilai tetapan yang disebut konstanta Boltzmann, k, di mana k = 1,38 × 10-23 J/K maka persamaan keadaan gas ideal sanggup juga dituliskan menjadi persamaan berikut.
pV = NkT (1–14)
Catatan Fisika :
Dalam keadaan standar (STP), yaitu tekanan p = 1 atm = 1 × 105 Pa, dan suhu gas t = 0° C atau T = 273 K, maka setiap n = 1 mol (gas apa saja) mempunyai volume 22,4 liter.
Contoh Soal 1 :
Setetes raksa berbentuk bola mempunyai jari-jari, r = 0,4 mm. Berapa banyak atom raksa dalam tetesan tersebut jikalau diketahui Mr raksa = 202 kg/kmol dan massa jenis raksa ρ = 13.600 kg/m3?
Kunci Jawaban :
Diketahui: r = 0,4 mm, Mr = 202 kg/kmol, dan ρ = 13.600 kg/m3.
Massa raksa:
m = ρ V = ρ (4/3 π r3)
m = 13.600 kg/m3 × 4/3 x π × (0,4 × 10-3 m)3
m = 3,6 × 10–6 kg = 3,6 × 10-3 g
Jumlah mol raksa:
n = m / Mr = (3,6 x 10-3 / 202) mol = 1,78 × 10-5 mol.
Banyak atom raksa N = n NA = (1,78 × 10-5) (6,02 × 1023) = 1,07 × 1019 atom.
Contoh Soal 2 :
Sebuah silinder mengandung 20 liter gas pada tekanan 2,5 × 106 Pa. Keran yang ada pada silinder dibuka hingga tekanannya turun menjadi 2,0 × 106 Pa, kemudian keran ditutup. Jika suhu dijaga tetap, berapakah volume gas yang dibebaskan pada atmosfer bertekanan 1 × 105 Pa?
Kunci Jawaban :
Diketahui pada keadaan awal:
V1 = 20 L = 20 × 10–3 m3 dan p1 = 2,5 × 106 Pa
Keadaan akhir:
V2 = volume semestinya dan p2 = 2,0 × 106 Pa.
Dengan memakai rumus p1V1 = p2V2 atau V2 = (p1/p2) V1, maka :
V2 = (2,5 x 106 Pa / 2,0 x 106 Pa) x 20 L = 25 L pada tekanan p2
Gas yang keluar dari silinder ialah 25 L – 20 L = 5 L pada tekanan p2. Oleh alasannya tekanan udara luar 1 × 105 Pa, ΔV gas yang 5 L tersebut, di udara luar menjadi:
p2 ( ΔV) = P3V3
(2,0 × 106 Pa)(5 L) = (1 × 105 Pa)V3
V3 = 100 L.
Dengan demikian, volume gas yang dibebaskan ialah sebesar 100 L.
Seorang siswa ingin menerapkan aturan Boyle untuk memilih tekanan udara luar dengan memakai peralatan, ibarat tampak pada gambar. Ia mendapat bahwa ketika h = 50 mm, V = 18 cm3 dan ketika h = 150 mm, V = 16 cm3. Berapa mmHg tekanan udara luar di daerah siswa tersebut melaksanakan percobaan?
Kunci Jawaban :
Diketahui: h1 = 50 mm, V1 = 18 cm3, h2 = 150 mm, dan V2 = 16 cm3.
Sesuai dengan sifat ember berhubungan, tekanan gas dalam V adalah:
• Keadaan 1: p1 = (p0 + h1) mmHg = (p0 + 50) mmHg ...... (a)
• Keadaan 2: p2 = (p0 + h2) mmHg = (p0 + 150) mmHg .... (b)
Menurut aturan Boyle: p2 V2 = p1 V1 atau p2 = (V1/V2)p1 = (18/16)p1 .... (c)
Substitusikan Persamaan (c) ke Persamaan (b) sehingga diperoleh :
(18 cm3/16 cm3) p1 = p0 + 150 mm → p1 = (18 cm3/16 cm3) (p0 + 150 mm)
Dengan memerhatikan Persamaan (a), diperoleh:
(18 cm3/16 cm3) (p0 + 150 mm) = (p0 + 50mm)
16 cm3( p0) + 16 cm3 (150 mm) = 18p0 + 18 cm3 (50 mm)
2 p0 = 16 cm3 (150 mm) – 18 cm3 (50 mm)
p0 = 750 mmHg
Tekanan udara luar ialah 750 mmHg atau 75 cmHg.
Contoh Soal 4 :
Menurut teori kinetik gas, tekanan gas dalam ruang tertutup:
1. Berbanding lurus dengan energi kinetik rata-rata partikel.
2. Berbanding terbalik dengan volume gas dalam ruang.
3. Berbanding lurus dengan jumlah partikel gas.
4. Berbanding terbalik dengan kuadrat kecepatan partikel gas.
Pernyataan-pernyataan yang benar ialah ....
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1, 2, dan 3
d. 2, 3, dan 4
e. 1, 3, dan 4
Kunci Jawaban :
Jawab: c
B. Prinsip Ekuipartisi Energi
Pada subbab A, Anda telah mempelajari kekerabatan antara variabel-variabel yang menyatakan keadaan suatu gas dalam ruangan tertutup. Untuk mengamati keadaan gas tersebut, sanggup dilakukan dengan dua cara, yaitu cara makroskopis dan mikroskopis. Jika Anda mengamati keadaan suatu gas dalam ruang tertutup berdasarkan besaran-besaran yang sanggup dilihat atau diukur secara langsung, Anda dikatakan melaksanakan pengamatan secara makroskopis. Namun, jikalau pengamatan yang Anda lakukan berdasarkan pada variabel atau besaran yang tidak sanggup dilihat atau diukur secara langsung, Anda dikatakan melaksanakan pengamatan secara mikroskopis.
Pengamatan keadaan gas secara makroskopis telah Anda lakukan dan pelajari pada subbab A. Pada subbab B ini, Anda akan mempelajari keadaan gas yang diamati secara mikroskopis serta kekerabatan antara besaran makroskopis dan besaran mikroskopis.
1. Tinjauan Tekanan Secara Mikroskopis
Berdasarkan sifat-sifat gas ideal, Anda telah mengetahui bahwa setiap dinding ruang daerah gas berada, mendapat tekanan dari tumbukan partikel-partikel gas yang tersebar merata di dalam ruang tersebut. Cobalah Anda amati gerak satu partikel yang berada di dalam ruang berbentuk kubus dengan panjang rusuk kubus L. Massa partikel tersebut ialah m dan kecepatan partikel berdasarkan arah sumbu-x dinyatakan sebagai vx (perhatikan Gambar 7).
Gambar 6. Sebuah partikel bergerak dengan kecepatan vx dalam ruang berbentuk kubus berusuk L. |
Jika partikel gas ideal tersebut menumbuk dinding ruang, tumbukan yang terjadi ialah tumbukan lenting sempurna. Oleh alasannya itu, jikalau kecepatan awal partikel ketika menumbuk dinding A ialah +vx, kecepatan simpulan partikel sehabis terjadinya tumbukan dinyatakan sebagai - vx. Perubahan momentum (Dpx) yang dialami partikel adalah Dpx = pakhir – pawal = -mvx - (mvx) = -2mvx.
Setelah menumbuk dinding A, partikel gas ideal tersebut menumbuk dinding B. Demikian seterusnya, partikel gas tersebut akan bergerak bolak-balik menumbuk dinding A dan dinding B. Dengan demikian, Anda sanggup menghitung selang waktu antara dua tumbukan yang terjadi pada dinding A dengan persamaan :
Dt = 2L / vx (1–15)
Pada ketika partikel gas tersebut menumbuk dinding, partikel memperlihatkan gaya sebesar Fx pada dinding. Pada pelajaran mengenai momentum, Anda telah mempelajari bahwa besarnya gaya yang terjadi pada bencana tumbukan sama dengan laju perubahan momentumnya (F = Dp / Dt). Dengan demikian, besar gaya Fx tersebut sanggup diketahui sebagai berikut.
Fx = mvx2 / L (1–16)
Jika di dalam ruang berbentuk kubus tersebut terdapat sejumlah N partikel gas, yang kecepatan rata-rata seluruh molekul gas tersebut dinyatakan dengan vx, gaya yang dialami dinding dinyatakan sebagai Ftotal. Dengan demikian, Persamaan (1–16) sanggup dinyatakan menjadi :
(1–17)
Anda sanggup mencari besarnya tekanan (p) yang dilakukan oleh gaya total (Ftotal) yang dihasilkan oleh N partikel gas ideal tersebut pada dinding A.
p = Ftotal / A
Oleh alasannya luas dinding ialah perkalian antara dua panjang rusuk dinding tersebtu (A = L2 maka persamaan tekanan pada dinding sanggup ditulis dengan :
(1–18)
atau ;
pV = Nmvx2 (1–19)
dengan:
p = tekanan pada dinding, dan
V = volume ruang.
Dalam tinjauan tiga dimensi (tinjauan ruang), kecepatan rata-rata gerak partikel merupakan resultan dari tiga komponen arah kecepatan berdasarkan sumbu-x (), sumbu-y ( ), dan sumbu-z ( ), yang besarnya sama. Oleh alasannya itu, sanggup dituliskan dengan . Jika setiap komponen pada kedua ruas penamaan kecepatan tersebut dikuadratkan, sanggup dituliskan :
sehingga diperoleh,
Dengan demikian, Persamaan (1–19) sanggup diubah menjadi :
(1–20)
atau
(1–21)
dengan:
N = banyaknya partikel gas,
m = massa 1 partikel gas,
v = kecepatan partikel gas, dan
V = volume gas.
Catatan Fisika :
Ukuran gelembung udara di dalam air berubah seiring dengan berubahnya kedalam gelembung tersebut di dalam air. Jika seorang penyelam scuba melepaskan gelembung udara di kedalaman air, tekanan air di kedalam tersebut memilih besarnya volume gelembung udara. Saat gelembung udara tersebut naik ke permukaan, tekanan air menurun sehingga volume gelembung udara pun membesar. (Sumber: Contemporary College Physics, 1993)
Gelembung Udara
Penyelam. [3] |
2. Hubungan Antara Tekanan Gas dan Energi Kinetik
Pada Persamaan (1–20), Anda telah menyatakan kekerabatan antara besaran tekanan, volume, dan suhu (besaran makroskopis) suatu gas dengan besaran mikroskopis (massa, jumlah, dan kecepatan) partikel gas tersebut.
Dari pelajaran sebelumnya, Anda juga telah mempelajari bahwa setiap benda yang bergerak mempunyai energi kinetik. Bagaimanakah kekerabatan antara ketiga variabel makroskopis gas (tekanan, volume, dan suhu) terhadap energi kinetiknya?
Perhatikanlah kembali Persamaan (1–18) dan Persamaan (1–21). Jika Persamaan (1–18) dituliskan menjadi:
p= NkT / V,
dan Persamaan (1–21) dituliskan sebagai
p = (1/3) (Nmv2 / V)
maka sanggup diturunkan persamaan :
p= NKT / V = (1/3) (Nmv2 / V)
1/3 mv2 = kT (1–22)
Oleh alasannya EK = 1/2 mv2, maka Persamaan (1–22) sanggup dituliskan menjadi :
2/3 (1/2 mv2) = kT
sehingga diperoleh,
2/3 EK = kT (1–23)
dan
EK = 2/3 kT (1–24)
Dari Persamaan (1–24) Anda sanggup menyatakan bahwa energi kinetik gas berbanding lurus dengan temperaturnya. Jadi, jikalau temperatur gas naik, energi kinetiknya akan membesar. Demikian juga sebaliknya, jikalau suhu gas turun, energi kinetiknya akan mengecil.
Jika energi kinetik Persamaan (1–24) dituliskan sebagai EK = 3 (1/2 kT), besaran 1/2 kT disebut juga sebagai derajat kebebasan gas. Apakah derajat kebebasan gas itu? Derajat kebebasan berafiliasi dengan kebebasan partikel gas untuk bergerak di dalam ruang. Jadi, jikalau energi kinetik suatu gas dinyatakan sebagai 3/2 kT, Anda sanggup menyampaikan bahwa gas tersebut mempunyai 3 derajat kebebasan berdasarkan sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z. Derajat kebebasan ini berlaku untuk gas monoatomik, ibarat Helium (He), Argon (Ar), dan Neon (Ne). Semakin tinggi suhu suatu gas, energi kinetiknya akan semakin besar. Secara fisis, meningkatnya energi kinetik gas tersebut berafiliasi dengan meningkatnya jumlah derajat kebebasan yang dimilikinya. Pada gas-gas diatomik, seperti H2, N2, dan O2, energi kinetiknya pada suhu rendah ialah 3/2 kT, pada suhu sedang 5/2 kT, dan suhu tinggi 7/2 kT.
Derajat kebebasan gas-gas diatomik pada suhu rendah diperoleh dari kebebasan gerak partikel-partikelnya ketika bertranslasi berdasarkan sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z (v2 = vx2 + vy2 + vz2 = 3vx2). Pada suhu sedang, partikelpartikel gas diatomik tersebut sanggup bertranslasi dan berotasi. Namun, rotasi yang dialami partikel gas berdasarkan sumbu-x diabaikan alasannya nilainya sangat kecil. Dengan demikian, energi kinetiknya, EK = 3/2 kT = 2 (1/2) kT = 5/2 kT. Jika temperatur gas diatomik tersebut dinaikkan lagi hingga mencapai ±1.000 K, gerak yang dilakukan oleh partikel-partikel gas ialah gerak translasi, rotasi, dan vibrasi (bergetar pada sumbunya). Energi kinetik gas pada suhu tinggi dinyatakan dengan :
EK = 3/2 kT + 2 (1/2) kT + 2 (1/2) kT + 7/2 kT
Anda telah mempelajari dari uraian di atas, bahwa jumlah derajat kebebasan partikel gas memilih energi yang dimiliki atau disimpan oleh gas tersebut. Peninjauan energi partikel gas inilah yang dinamakan Prinsip Ekuipartisi Energi oleh James Clerk Maxwell.
3. Energi Dalam Gas Ideal
Energi kinetik sejumlah partikel gas yang terdapat di dalam suatu ruang tertutup disebut sebagai energi dalam gas (U). Jika di dalam ruangan tersebut terdapat N partikel gas, energi dalam gas dituliskan dengan persamaan :
U = NEK
Dengan demikian, energi dalam untuk gas monoatomik atau gas diatomik pada suhu rendah ialah :
U = NEK = 3/2 NkT
Adapun, energi dalam untuk gas-gas diatomik pada suhu sedang dinyatakan dengan :
U = 5/2 NkT
dan pada suhu tinggi, besar energi dalam gas ialah :
U = 7/2 NkT
4. Kecepatan Partikel Gas Ideal
Besaran lain yang sanggup ditentukan melalui prinsip ekuipartisi energi gas ialah akar dari rata-rata kuadrat kelajuan (vrms = root mean square speed) gas, yang dirumuskan dengan :
Dari persamaan (1-24), Anda telah mengetahui bahwa EK = 3/2 kT. Dengan demikian sanggup dirumuskan bahwa :
1/2 mv2 = 3/2 kT
v2 = 3kT / m
(1–25)
Berdasarkan persamaan gas ideal, Anda pun telah mengetahui bahwa pV = NkT. Jika hanya terdapat satu mol gas, persamaan gas ideal tersebut sanggup dinyatakan pV = kT. Dengan demikian, Persamaan (1-25) sanggup dituliskan menjadi :
(1–26)
Anda tentu masih ingat bahwa massa jenis ( ρ ) ialah perbandingan antara massa terhadap volume zat tersebut ( ρ = m / v) ). Oleh alasannya itu, Persamaan (1–26) sanggup dituliskan menjadi :
(1–27)
Berdasarkan Persamaan (1–27) tersebut, Anda sanggup menyatakan bahwa massa jenis gas berbanding terbalik dengan kelajuan partikelnya. Jadi, jikalau massa jenis ( ρ ) gas di dalam ruangan tertutup besar, kelajuan partikel gas tersebut akan semakin kecil.
Contoh Soal 5 :
Neon (Ne) ialah suatu gas monoatomik. Berapakah energi dalam 2 gram gas neon pada suhu 50°C jikalau massa molekul relatifnya Mr = 10 g/mol?
Kunci Jawaban :
Diketahui: m = 2 gram, T = 50°C, dan Mr = 10 g/mol.
U = 3/2 nRT = (3/2) (m/Mr) (RT)
U = 3/2 x (2 g/10 g/mol) x 8,31 J/molK x (50 273) K = 805,24 J.
Contoh Soal 6 :
Sebuah tangki bervolume 2,4 m3 diisi dengan 2 kg gas. Tekanan dalam tangki 1,3 atm. Berapakah kecepatan efektif molekul-molekul gas ini?
Kunci Jawaban :
Diketahui: V = 2,4 m3, m = 2 kg, dan p = 1,3 atm.
v = 687,52 m/s.
Rangkuman :
1. Gas Ideal ialah gas yang memenuhi sifat-sifat berpartikel banyak, antarpartikel tidak berinteraksi, arah gerak setiap partikel sembarang, ukuran partikel terhadap ruang tempatnya sanggup diabaikan, tumbukan antarpartikel bersifat lenting sempurna, partikel gas terdistribusi merata di seluruh ruang, dan berlaku Hukum Newton ihwal gerak.
2. Hukum Boyle berlaku pada proses isotermal
pV = konstan
p1V1 = p2V2
3. Hukum Gay-Lussac berlaku pada proses isobarik
V/T = Konstan atau V1/T1 = V2/T2
4. Hukum Charles berlaku pada proses isokhorik
p/T = Konstan atau p1/T1 = p2/T2
5. Hukum Boyle-Gay Lussac merupakan penggabungan antara Hukum Boyle dan Hukum Gay- Lussac
pV/T = Konstan atau p1V1/T1 = p2V2/T2
6. Persamaan keadaan gas ideal
pV = nRT atau pT = NkT
7. Tekanan gas ideal
p = 1/3 (Nmv2/V)
8. Energi dalam gas ideal
a. Gas monoatomik
EK = 3/2 NkT = 3/2 nRT
b. Gas diatomik
1) Pada suhu rendah:
U = NEK = 3/2 NkT = 3/2 nRT
2) Pada suhu sedang:
U = NEK = 5/2 NkT = 5/2 nRT
3) Pada suhu tinggi:
U = NEK = 7/2 NkT = 7/2 nRT
Anda kini sudah mengetahui Teori Kinetik Gas dan Persamaan Gas Ideal. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Saripudin, A., D. Rustiawan K., dan A. Suganda. 2009. Mudah Belajar Fisika 1 : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 234.
Referensi Lainnya :
Jones, E.R. dan Chiulders, R.L. 1994. Contemporary College Physics, Second Edition. New York: Addison Wesley Longman.
[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Hot_air_balloon
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Boyle
[3] http://www.splashdive.com/best-places-for-scuba-diving-in-the-world/best-places-for-scuba-diving-in-the-world-scuba-diving-in-cayman-island/
[4] Fisika Universitas, 2002
Referensi :
Saripudin, A., D. Rustiawan K., dan A. Suganda. 2009. Mudah Belajar Fisika 1 : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 234.
Referensi Lainnya :
Jones, E.R. dan Chiulders, R.L. 1994. Contemporary College Physics, Second Edition. New York: Addison Wesley Longman.
[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Hot_air_balloon
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Boyle
[3] http://www.splashdive.com/best-places-for-scuba-diving-in-the-world/best-places-for-scuba-diving-in-the-world-scuba-diving-in-cayman-island/
[4] Fisika Universitas, 2002