Rumus Sudut Deviasi Minimum, Warna Dan Dispersi Prisma, Pola Soal & Pembahasan
Pernahkah kalian melihat pelangi di langit? Apakah warna-warna dalam pelangi tersebut? Bagaimanakah terjadinya warna-warna dalam pelangi itu? Jika kalian pernah melihat pelangi, berarti kau pernah melihat suatu pola insiden dispersi cahaya. Namun, dalam artikel ini tidak akan membahas lebih jauh mengenai dispersi cahaya. Artikel ini secara umum hanya membahas pembiasan cahaya pada prisma dan secara khusus membahas perihal penurunan rumus sudut deviasi minimum, sudut deviasi warna dan sudut dispersi.
Lalu adakah kekerabatan antara pembiasan cahaya pada prisma dengan warna pelangi dan dispersi cahaya? Tentu saja ada hubungannya. Karena fenomena dispersi cahaya dalam pembentukan warna pelangi sanggup dijelaskan memakai konsep pembiasan cahaya pada prisma. Untuk itu, silahkan kalian simak baik-baik klarifikasi berikut ini. Selamat belajar.
Pembiasan pada Prisma dan Sudut Deviasi Minimum
Prisma yakni zat optik yang dibatasi oleh dua bidang pembias yang berpotongan. Garis potong antara kedua bidang disebut sudut pembias. Sedangkan sudut yang dibuat oleh kedua bidang disebut sudut bias. Ketika seberkas cahaya atau sinar masuk ke prisma, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, ketika sinar keluar dari prisma, sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Sudut yang dibuat oleh titik potong garis perpanjangan sinar tiba dengan sinar bias disebut sudut deviasi. Prisma mempunyai dua bidang pembias yang tidak paralel dan membentuk sudut tertentu. Ini akan mengubah arah rambat cahaya yang masuk dan meninggalkan beling prisma. Perubahan arah rambat ini disebut deviasi cahaya. Jalannya sinar pada prisma sanggup kalian lihat pada gambar berikut ini.
Bagaimanakah cara mencari sudut pembias (β)? Perhatikan segitiga ABC. Sudut pembias (β) beling prisma sanggup diketahui dengan cara menjumlahkan sudut-sudut segitiga ABC.
∠BAC + ∠BCA + β = 180°
(90° − θ2) + (90° − θ3) + β = 180°
180° − θ2 − θ3 + β = 180°
β = θ2 + θ3 …………… Pers. (1)
Sedangkan sudut deviasi (δ) dapat diketahui dengan cara sebagai berikut.
α1 = θ1 − θ2 dan α2 = θ4 − θ3
δ = α1 + α2
δ = θ1 − θ2 + θ4 − θ3
δ = θ1 + θ4 – (θ2 + θ3)
δ = θ1 + θ4 – β …………… Pers. (2)
Setiap sinar yang tiba pada prisma akan mengalami deviasi yang menghasilkan sudut deviasi tertentu. Salah satu sinar tiba tertentu niscaya akan menghasilkan nilai sudut deviasi minimum. Kapan kondisi khusus ini terjadi? Berdasarkan hasil pembuktian, deviasi minimum dapat terjadi pada ketika sudut tiba pertama sama dengan sudut bias kedua (θ1 = θ4). Besarnya sudut deviasi minimum sebuah prisma sanggup dicari sebagai berikut.
θ1 = θ4 maka θ2 = θ3 sehingga persamaan (1) menjadi
β = θ2 + θ2
β = 2θ2
θ2 = ½ β …………… Pers. (3)
Karena θ1 = θ4 maka persamaan (2) menjadi ibarat berikut.
δmin = θ1 + θ1 – β
δmin = 2θ1 – β
θ1= ½ (δmin + β) …………… Pers. (4)
Menurut Hukum Snellius perihal Pembiasan Cahaya, apabila indeks bias prisma yakni np dan indeks bias medium di sekitar prisma yakni nu, maka berlaku persamaan berikut.
nu sin θ1 = np sin θ2 …………… Pers. (5)
Apabila kita subtitusikan persamaan (3) dan (4) ke persamaan (5), maka kita peroleh.
nu sin ½ (δmin + β) = np sin ½ β
Untuk sudut pembias β yang sangat kecil (β ≤ 15°), maka harga δmin juga kecil sehingga sinus sudutnya sama dengan sudutnya sendiri. Dengan demikian, persamaan di atas menjadi.
nu[½ (δmin + β)] = np[½ β]
½ nu(δmin + β) = ½npβ
nu(δmin + β) = npβ
δmin = (npβ/nu) – β …………… Pers. (6)
Jadi, rumus untuk memilih sudut deviasi minimum pada pembiasan cahaya oleh prisma yakni sebagai berikut.
δmin | = | [ | np | − | 1 | ] | β |
nu |
Keterangan:
δmin = sudut deviasi minimum
nu = indeks bias medium
β = sudut pembias prisma
Sudut Deviasi Warna dan Sudut Dispersi
Adanya deviasi cahaya mengakibatkan cahaya putih akan terurai menjadi sederetan warna kalau melewati sebuah prisma. Peristiwa terurainya cahaya putih tersebut dinamakan dispersi cahaya. Cahaya putih bergotong-royong yakni kumpulan beberapa cahaya (spektrum) warna yang mempunyai panjang gelombang yang berbeda (ingat rumus kekerabatan indeks bias dengan cepat rambat dan panjang gelombang cahaya). Oleh alasannya yakni itulah setiap cahaya warna mempunyai indeks bias yang berbeda satu dengan yang lain. Perhatikan gambar di bawah ini.
Dari gambar tersebut, cahaya putih terdiri dari warna merah dengan panjang gelombang 622-720 nm, jingga (597-622 nm), kuning (577-597 nm), hijau (492-577 nm), biru (455-492 nm), dan unggu (390-455 nm). Apabila cahaya putih melalui sebuah prisma segitiga, maka cahaya tersebut akan mengalami pembiasan sebanyak dua kali.
Pertama, pada ketika cahaya masuk dari udara ke dalam prisma dan kedua pada ketika cahaya keluar dari prisma menuju ke udara kembali. Oleh alasannya yakni cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek dibiaskan lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang, maka warna ungu dibelokkan paling besar. Sedangkan warna merah dibelokkan paling kecil.
Sebagai hasil dari pembiasan yang berbeda-beda tersebut, warna-warna yang berbeda dipisahkan ketika warna-warna itu keluar dari prisma. Apakah cahaya yang meninggalkan prisma mengingatkan kalian pada sebuah pelangi ibarat yang telah disinggung di awal artikel? Sama halnya dengan prisma, titik-titik hujan juga membiaskan cahaya.
Pembiasan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda sanggup mengakibatkan cahaya putih dari matahari terurai menjadi warna-warna tunggal spektrum cahaya tampak. Sir Isaac Newton mengemukakan bahwa sesungguhnya cahaya putih mengandung semua dari tujuh warna yang terdapat pada pelangi.
Berdasarkan urutan urutan penurunan panjang gelombang, maka warna-warna yang seharusnya kalian lihat pada pelangi yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Dengan demikian, cahaya putih merupakan adonan dari beberapa warna sehingga dinamakan cahaya polikromatik, sedangkan cahaya yang hanya satu warna dinamakan cahaya monokromatik.
Apabila sebuah warna mempunyai indek bias nw maka sudut deviasi warna tersebut sanggup ditentukan dengan rumus berikut.
δw = (nw – 1)β |
Keterangan:
δw = sudut deviasi warna
nw = indeks bias warna
β = sudut pembias prisma
Jika indeks bias warna merah yakni nm dan sudut deviasi warna merah adalah δm sedangkan indeks bias warna ungu yakni nu dan sudut deviasinya adalah δu, maka lebar sudut spektrum cahaya putih yang dihasilkan oleh prisma yakni sebagai berikut.
φ = δu – δm
φ = (nu – 1)β – (nm – 1)β
φ = (nu – nm)β |
Lebar sudut tersebut dinamakan sudut dispersi (φ). Agar kalian lebih paham mengenai penggunaan rumus sudut deviasi minimum pada insiden pembiasan cahaya oleh prisma optik, perhatikan pola soal dan pembahasannya berikut ini.
Contoh Soal 1:
Sebuah prisma yang terbuat dari beling (n = 1,5) yang mempunyai sudut bias 60° diletakkan dalam medium air. Jika seberkas sinar tiba dari air (n = 1,33) memasuki prisma, berapakah sudut deviasi minimum prisma tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
np = 1,5
na = 1,33
β = 60°
Ditanyakan: sudut deviasi minimum (δmin)
Jawab:
δmin | = | [ | np | − | 1 | ] | β |
na |
δmin | = | [ | 1,5 | − | 1 | ] | 60° |
1,33 |
δmin = (1,17 – 1)60°
δmin = 10,2°
Dengan demikian, besar sudut deviasi minimum prisma tersebut yakni 10,2°
Contoh Soal 2:
Seberkas cahaya bergerak ke salah satu sisi sebuah prisma bening yang terbuat dari materi tertentu. Sudut pembias prisma yakni 15°. Prisma tersebut diputar sedemikian rupa sehingga diperoleh deviasi minimum sebesar 10°. Jika prisma tersebut berada di udara bebas (nu = 1), berapakah indeks bias prisma tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
β = 15°
δmin = 10°
nu = 1
Ditanyakan: indeks bias prisma (np)
Jawab:
Karena sudut bias prisma kecil, maka berlaku persamaan:
δmin | = | [ | np | − | 1 | ] | β |
na |
10° | = | [ | np | − | 1 | ] | 15° |
1 |
10° = (np – 1)15°
10° = 15°np – 15°
15°np = 10° + 15°
15°np = 25°
np = 25°/15°
np = 5/3
Jadi, indeks bias prisma bening tersebut yakni 5/3.