Belajar Artikel Sains: Radioterapi
Ini yaitu salah satu penerapan fisika yang saya sukai, ternyata fisika sanggup dipakai untuk penyembuhan penyakit lho, salah satunya kanker. Perkembangan dalam bidang ini biasanya disebut dengan fisika medis.
Radioterapi yaitu sebuah teknik terapi bagi para penderita kanker yang cukup populer. Radioterapi telah mengalami teknik radiasi yang berkembang dari semenjak pertama kali diperkenalkan hingga dikala ini. Indonesia mengenal adanya radioterapi sudah cukup usang dengan didirikannya akomodasi radioterapi di RSCM. Sampai dikala ini, tersedia beberapa sentra radioterapi yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia dengan sebagian besar terpusat di pulau jawa. Dengan perhitungan matematis apakah sudah cukup akomodasi yang ada dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa?
Kembali ke pokok bahasan, radioterapi yaitu secara harfiah yaitu melaksanakan sebuah terapi kanker atau tumor dengan sebuah radiasi. Radiasi yang dimanfaatkan pada terapi ini yaitu radiasi pengion, yang memiliki sifat daya rusak terhadap sel makhluk hidup. Dengan daya rusak sel inilah, radiasi pengion dimanfaatkan untuk membunuh sel kanker. Tentunya ada sebuah pertanyaan bagaimana dengan sel jaringan normal ? Ya tentu saja sel di jaringan normal mati juga, namun dari sebuah konsep radiobiologi, respon sel kanker dan normal memiliki respon yang berbeda terhadap radiasi pengion ini yang dikenal dengan therapeutic ratio. Dengan hasil penelitian inilah, nalar pemanfaatan radioterapi menjadi berubah menjadi teknologi canggih dengan aksesoris yang rumit.
Dalam perkembangannya, teknik radioterapi mengalami teknik radiasi ” pisang goreng” dalam artinya sumber radiasinya tetap dan pasienya yang disesuaikan. Dengan kebijaksanaan sehat yang logis risikonya didesainlah sebuah perangkat pesawat teleterapi dengan teknik pasien tetap dan sumber radiasi yang diubahsuaikan terhadap pasien. Dengan perkembangan teknologi yang semakin mapan berkembang teknik radioterapi juga berkembang dari konvesional, 3D conformal, IMRT, IGRT, dan teknik dengan desain sumber radiasi yang cukup spektakuler menyerupai tomoterapi.
Apa sesungguhnya yang dibisa dilihat dari perkembangan teknik radioterapi ini? Teknik konvensional ke 3D CRT yaitu mengubah pandangan dari teknik radiasi konvensional anterior posterior atau box system yang setidaknya perhitunganya sanggup dihitung dengan tangan mejadi keharusan memakai akomodasi komputer untuk menghitung takaran radiasi sebelum dilakukan penyinaran pasien. Teknik 3D CRT memdesain sedemikian hingga takaran membentuk distrubusi takaran mengikuti kontur tumor target. Tentu saja perhitungan manual sangat sulit memprediksi ini.
Sekarang sudah menjadi jadwal IAEA yaitu transisi 3D CRT ke Intensity Modulation Radiation Therapy (IMRT), walaupun teknik IMRT sudah diperkenalkan penggunaanya pada tahun 90-an. Apa yang dikembangkan dari teknik ini? IMRT yaitu menciptakan sebuah konsep yang tadinya kita menciptakan perencanaan berkas radiasi dari beberapa lapangan dan sanggup dihitung distribusi dosisnya dibalik menjadi kita memilih telebih dahulu takaran sasaran dan organ at risk (OAR)-nya lalu dihitung balik berapakah intensitas radiasi yang harus diberikan pada masing-masing segmen sasaran radiasi yang dikenal dengan invers planning.
Akuratkah perhitungan yang dilakukan dengan komputer? Kita mempercayai bahwa komputer dengan algoritmanya mengeksekusi perintah yang diberikan yaitu benar. Namun menyerupai halnya dalam sebuah pengadilan, vonis benar atau salah haruslah yaitu sebuah saksi atau bukti. Oleh alasannya itu, bergunalah para fisikawan dan ilmuwan mendesain ionization chamber yang sanggup menawarkan berapakah takaran radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Hasil pengukuran dengan instrumen IC dan alat pencacahnya menjadi sebuah saksi dan bukti kebenaran sebuah ekseskusi jadwal komputer.
Dilihat dari semua di atas, peranan para fisikawan dan ilmuwan lain yang mendedikasikan dirinya untuk membangun radioterapi yang kondusif sangat besar. Aman dalam artian yaitu menciptakan sebuah tatalaksana terapi dengan radiasi dengan tingkat akurasi yang tinggi dan sebisa mungkin menghidari takaran berlebih di jaringan normal dan jaringan/organ beresiko. Para ilmuwan telah berusaha menciptakan sebuah perangkat, teknik, dan perhitungan takaran yang akurat untuk mencapai tujuan aman.
Untuk selanjutnya, saya akan coba jelaskan istilah-istilah gila dalam fisika medis di atas.
Sumber: googling
Radioterapi yaitu sebuah teknik terapi bagi para penderita kanker yang cukup populer. Radioterapi telah mengalami teknik radiasi yang berkembang dari semenjak pertama kali diperkenalkan hingga dikala ini. Indonesia mengenal adanya radioterapi sudah cukup usang dengan didirikannya akomodasi radioterapi di RSCM. Sampai dikala ini, tersedia beberapa sentra radioterapi yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia dengan sebagian besar terpusat di pulau jawa. Dengan perhitungan matematis apakah sudah cukup akomodasi yang ada dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa?
Kembali ke pokok bahasan, radioterapi yaitu secara harfiah yaitu melaksanakan sebuah terapi kanker atau tumor dengan sebuah radiasi. Radiasi yang dimanfaatkan pada terapi ini yaitu radiasi pengion, yang memiliki sifat daya rusak terhadap sel makhluk hidup. Dengan daya rusak sel inilah, radiasi pengion dimanfaatkan untuk membunuh sel kanker. Tentunya ada sebuah pertanyaan bagaimana dengan sel jaringan normal ? Ya tentu saja sel di jaringan normal mati juga, namun dari sebuah konsep radiobiologi, respon sel kanker dan normal memiliki respon yang berbeda terhadap radiasi pengion ini yang dikenal dengan therapeutic ratio. Dengan hasil penelitian inilah, nalar pemanfaatan radioterapi menjadi berubah menjadi teknologi canggih dengan aksesoris yang rumit.
Baca Juga
Dalam perkembangannya, teknik radioterapi mengalami teknik radiasi ” pisang goreng” dalam artinya sumber radiasinya tetap dan pasienya yang disesuaikan. Dengan kebijaksanaan sehat yang logis risikonya didesainlah sebuah perangkat pesawat teleterapi dengan teknik pasien tetap dan sumber radiasi yang diubahsuaikan terhadap pasien. Dengan perkembangan teknologi yang semakin mapan berkembang teknik radioterapi juga berkembang dari konvesional, 3D conformal, IMRT, IGRT, dan teknik dengan desain sumber radiasi yang cukup spektakuler menyerupai tomoterapi.
Apa sesungguhnya yang dibisa dilihat dari perkembangan teknik radioterapi ini? Teknik konvensional ke 3D CRT yaitu mengubah pandangan dari teknik radiasi konvensional anterior posterior atau box system yang setidaknya perhitunganya sanggup dihitung dengan tangan mejadi keharusan memakai akomodasi komputer untuk menghitung takaran radiasi sebelum dilakukan penyinaran pasien. Teknik 3D CRT memdesain sedemikian hingga takaran membentuk distrubusi takaran mengikuti kontur tumor target. Tentu saja perhitungan manual sangat sulit memprediksi ini.
Sekarang sudah menjadi jadwal IAEA yaitu transisi 3D CRT ke Intensity Modulation Radiation Therapy (IMRT), walaupun teknik IMRT sudah diperkenalkan penggunaanya pada tahun 90-an. Apa yang dikembangkan dari teknik ini? IMRT yaitu menciptakan sebuah konsep yang tadinya kita menciptakan perencanaan berkas radiasi dari beberapa lapangan dan sanggup dihitung distribusi dosisnya dibalik menjadi kita memilih telebih dahulu takaran sasaran dan organ at risk (OAR)-nya lalu dihitung balik berapakah intensitas radiasi yang harus diberikan pada masing-masing segmen sasaran radiasi yang dikenal dengan invers planning.
Akuratkah perhitungan yang dilakukan dengan komputer? Kita mempercayai bahwa komputer dengan algoritmanya mengeksekusi perintah yang diberikan yaitu benar. Namun menyerupai halnya dalam sebuah pengadilan, vonis benar atau salah haruslah yaitu sebuah saksi atau bukti. Oleh alasannya itu, bergunalah para fisikawan dan ilmuwan mendesain ionization chamber yang sanggup menawarkan berapakah takaran radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Hasil pengukuran dengan instrumen IC dan alat pencacahnya menjadi sebuah saksi dan bukti kebenaran sebuah ekseskusi jadwal komputer.
Dilihat dari semua di atas, peranan para fisikawan dan ilmuwan lain yang mendedikasikan dirinya untuk membangun radioterapi yang kondusif sangat besar. Aman dalam artian yaitu menciptakan sebuah tatalaksana terapi dengan radiasi dengan tingkat akurasi yang tinggi dan sebisa mungkin menghidari takaran berlebih di jaringan normal dan jaringan/organ beresiko. Para ilmuwan telah berusaha menciptakan sebuah perangkat, teknik, dan perhitungan takaran yang akurat untuk mencapai tujuan aman.
Untuk selanjutnya, saya akan coba jelaskan istilah-istilah gila dalam fisika medis di atas.
Sumber: googling